Selasa, 26 Maret 2013

KLASIFIKASI, TIPE-TIPE KECERDASAN DAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS



1.1 TIPE-TIPE KECERDASAN MANUSIA 
Kecerdasan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Kecerdasan tidak hanya selalu berpatok pada IQ, tetapi kecerdasan pun berpatok pada hal lain yang lebih komplek. Disini kamu dapat mengetahui dan mengira-ngira masuk ke dalam manakah bakat kita. Berikut ini tipe kecerdasan :
1.        .Kecerdasan Spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas. Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer, desainer, pilot, atau insinyur.
2.        Kecerdasan Linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika Anda memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah jurnalis, penyair, atau pengacara.
3.        Kecerdasan Matematis atau Logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
4.        Kecerdasan Kinetik-Jasmani
Orang tipe ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
5.        Kecerdasan Interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik, menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain networker, negosiator, atau guru.
6.        Kecerdasan Intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek, sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
7.        Kecerdasan Naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
8.        Kecerdasan Musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu, peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
9.        Kecerdasan Spiritual
Kamu amat sensitif dan memiliki minat pada hal-hal yang bersifat spiritual dan religius. Mungkin juga kamu pernah mengalami pengembaraan spiritual dan pencerahan. Atau bentuk lain yaitu kamu bisa merasakan kehadiran “makhluk lain”.
10.    Kecerdasan Visual-Spasial
Kamu langsung tahu jika ada bangunan atau lukisan atau orang yang kurang simetris. Jika kamu atlet kamu bisa menentukan dengan hampir sempurna berapa derajat yang dibutuhkan untuk mencetak angka untuk masuk ke gawang atau ring basket. Kamu bisa secara imaginer memutarbalikkan bentuk-bentuk rumit dan kamu bisa menggambar apapun yang kamu lihat. Kamu jago membongkar dan merangkaikan kembali barang-barang dan kamu.maniak dengan game.
11.    Kecerdasan Eksistensial.
Kecerdasan eksistensial merupakan salah satu tipe kecerdasan yang dianugrahkan oleh Tuhan untuk manusia dalm hal menjawab persoalan-persoalan eksistensi atau keberadaan manusia. Profesi yang sesuai untuk orang yang didominasi oleh kecerdasan eksistensial ialah Filsuf dan Teolog.

Dan sedangkan menurut Howard Gardner, kecerdasan pada manusia mempunyai 8 tipe kecerdasan, yaitu:
1.        Kecerdasan Linguistik / Word Smart
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini antara lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara, penulis, dsb.
2.        Kecerdasan Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan Logis-Matematis melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: akuntan pajak, programmer, ahli matematika, ilmuwan, dsb.
3.        Kecerdasan Spasial: Picture Smart
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan spasial antara lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu, designer, dsb.
4.        Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olah raga, dansa, dsb.Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain pantomim, aktor, penjahit, ahli bedah, dsb.
5.        Kecerdasan Musikal: Music Smart
Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Dalam keseharian, kita mendapat manfaat dari kecerdasan ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV / radio, dsb. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6.        Kecerdasan Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan - dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting" dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak hal, misalnya: kemampuan berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan "membaca orang", kemampuan berteman, dsb. Segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7.        Kecerdasan Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan Intrapribadi adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri. Pekerjaan yang menuntut kecerdasan Intrapribadi antara lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8.        Kecerdasan Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan Naturalis antara lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.

1.2  Klasifikasi Kecerdasan

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMvcBCGTRmlsx9GnCwRVwqUAeKz4QtYTndjGotBFFEbO6dsae2r8ZaRopmfgp3XSaji5IW20rZmslrp-gYech1xIE3F58XToEhxevr6O4wXC4gzsKL91d87y5pWQJHl0i71fC05Ef5vtEm/s320/brain-763982-1.jpg

.1. Intellegent Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
·           Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.
·           Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.

2.      Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai, karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita ini.

3.        Spiritual Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis).
Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil. Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain. Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai. Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan. Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas, contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya. Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?

1.        Adversity Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
·         Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup). Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
·         Camper (berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
·         climber (pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber (pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah tetapi lebih berani dalam bertindak?

1.3 Macam-Macam Tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, terdapat beberapa definisi mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Suran dan Rizzo (1979) mengartikan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara maksimal. Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini anda akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan fisiknya, emosinya , sosial dan intelektualnya.

Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTEOdFw0DnrW9d6AZ89NnpDNk354wrFE7hJNoPCyN2Ben0CpELCgImrbbQDescription: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR-u1NfbEjJyzCX554tsiDANBmKKmwNzBwPd-q70YwMuXTWjEwliKBgcQDescription: http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQh4WD7Tw_U6aUjmrVgBB_2gK90pyqnAOWToVr2hKnWfbgZOF8CudUMOgQDescription: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT-0sjeT9phqBc_krpF6mgTECf0MwQ73q5WrBYr8nEScRX8bnJ18vdPY_Wi

A.    Anak Dengan Ganguan Fisik
Anak dengan gangguan pada fungsi fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasar pada bagian mana gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu,  tunadaksa. Penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Tunanetra
Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak  pada fungsi penglihatan, untuk lebih mengenali bagaimana ABK pada klasifikasi ini Anda dapat mencermati uraian berikut ini.  Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan dapat dikenali anak yang
·           tunanetra akibat gangguan perkembangan pada masa kehamilan, anak yang pada klasifikasi ini pada umumnya juga mengalami gangguana dalam gerakan dan mimik wajah,
·           tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil dan usia sekolah; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan, gangguan ini biasanya disebabkan karena kecelakaan atau penyakit, dan
·           tunanetra dalam usia lanjut; karena kerusakan organ, sebagian besar dari kelompok ini sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
Selanjutnya bila dilihat  dari kemampuan daya penglihatan, dapat dibedakan menjadi:
·           tunanetra ringan (defective vision/low vision); meskipun memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan,
·           tunanetra setengah berat (partially sighted); mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, sehingga dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal,
·           tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
Sedang berdasarkan jenis kelainan pada mata dapat dikenali beberapa kelainan yaitu:
·         Myopia adalah penglihatan jarak dekat, yaitu  bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan,
·         Hyperopia adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan,
·         Astigmatisme; adalah penyimpangan yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus, sehingga untuk membantu digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.
b.       Tunarungu
Gangguan pada organ pendengaran ini bila dilihat dari tingkat kerusakan kemampuan mendengar digolongkan dalam lima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang berdasar tempat terjadinya kerusakan,  tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif dan kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran sejak kecil, pasti akan mengalami gangguan pada kemampuan berbicara dan komunikasi verbal.
c.         Tuna Daksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau  gerakan. Klasifikasi anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
·         kelainan pada sistem serebral (cerebral system),
Kelainan pada sistem serebral dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bila dilihat dari derajat kecacatan terbagi menjadi:
ü  golongan ringan dimana mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari
ü  golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri,
ü  golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Menurut topografi dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
ü  Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri saja,
ü  Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri,
ü  Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
ü  Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri,
ü  Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
ü  Quadriplegia, anak yangi mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.

Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak atas:
ü  Spastik yang ditandai dengan gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot,
ü  Athetoid tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, namun semua gerakan terjadi diluar control karena tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak,
ü  Ataxia adalah kehilangan keseimbangan, yaitu mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
ü  Tremor gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran,
ü  Rigid adalah kekakuan otot, dengan gerakan tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.

·           kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
ü  Poliomylitis biasanya penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
ü  Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot yang sifatnya progressif, semakin hari semakin parah.

B.     Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku
Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua yaitu tunalaras dan gangguan sosial.
a.         Tunalaras
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu:  senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas.

b.    Gangguan Sosial
Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.

C.       Anak Dengan Gangguan Intelektual.
Anak dengan gangguan intelektual diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu anak tunagrahita, anak berbakat,  anak lamban belajar dan anak yang  mengalami kesulitan belajar spesifik. Penjelasan dari masing-masing klasifikasi tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:
a.         Tunagrahita
Anak tungrahita adalah anak yang mengalami  gangguan   kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan intelektualnya berada di bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasifikasikan dari kemampuan kecerdasan ini dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari Stanford-Binet maupun dari David Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ).  Sedang menurut direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006),  anak dengan kelainan kecerdasan adalah :
1.        anak dengan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata  (tunagrahita)
ü  Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50- 70).
ü  Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
ü  Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).
2.        Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
ü  Giffted dan Genius, yaitu anak yang berkecerdasan di atas rata-rata 
ü  Tallented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
b.        Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan   kecerdasan luar biasa  dapat dilihat secara konservatif  yaitu anak  yang memiliki skor IQ diatas anak normal, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
·         skor IQ  antara 130-144 gifted,
·         skor IQ 145-159 highly gifted,
·         skor IQ < 160 profoundly gifted.
Sedang menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian  tertentu misalnya dalam musik, sastra, olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.

c.         Anak Lamban Belajar.
Anak yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat dibanding dengan anak seusia. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan yang lain, seperti kemampuan menggunakan alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, rentang perhatian yang pendek dan mereka kesulitan untuk berteman, kurang percaya diri, kemampuan berfikir abstrak lebih rendah dibanding dengan anak pada umumnya.

d.        Anak yang mengalami kesulitan belajar.
Klasifikasi kesulitan belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan  (developmental disabilities) atau kesulitan belajar praakademik (preacademic learning disabilities ). Terdiri atas empat yaitu:
·           kesulitan dalam bahasa,
·           kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial dan emosional,
·           gangguan perseptual,
·           gangguan kognitif.
Yang kedua adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjukkan adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut antara lain  meliputi:
·           ketrampilan dalam membaca(dyslexia),
·           keterampilan dalam menulis, (dysgraphia)
·            keterampilan dalam mata pelajaran matematika / berhitung ( dyscalculia).

D.      Autisme    
Banyak pendapat tentang prediksi kemandirian anak Autisme dapat diklasifikasikan , berdasarkan tingkat kecerdasan ( Widyawati,2002 dalam Yosfan Azwandi, 2005 ). Berdasar klasifikasi interaksi sosial dikenali adanya:
·         anak yang menyendiri ( allof ); banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunukkan perilaku dan perhatian yang terbatas/tidak hangat,
·         kelompok pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya,
·         kelompok yang aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering  tidak sesuai dan sepihak.
Sedang klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya dikenal:
·         autisme infantil, istilah ini digunakan untuk menyebutkan anak-anak autistik yang kelainannya sudah nampak sejak lahir,
·         autisme fiksasi; adalah anak-anak autistik yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autistiknya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
Berdasarkan tingkat kecerdasan Rapin (dalam Maurice,1996) mengatakan,” A small percentage score in the normal range on tests of cognitive abilities, but 75% - 80% function in the mild to severe range of mental retardation”.

E.       Anak ADHD/ GPPH
Anak ADHD dan GPPH adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder / gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, terbagi menjadi tiga yaitu  ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif –impulsif.
a.         ADHD/GPPH Tipe Kombinasi
ADHD/GPPH Tipe Kombinasi adalah kelompok anak ini kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya mudah pecah, dan cenderung kehilangan, bukan hanya miliknya yang sangat disukainya, melainkan juga buku atau pekerjaan rumahnya yang penting. Mudah berubah pendirian, impulsif ( seenaknya) “selalu aktif” dan tidak dapat asyik dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca buku atau main puzzle.
b.        ADHD/GPPH Tipe Kurang Mampu Memperhatikan.
Anak tipe ini sering tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan kecil hati, tetapi bukab berarti mereka “tidak ada”,dikelas mereka tidak memperhatikan guru mengajar melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka mengamati kupu-kupu, mereka mendengarkan bila diajak bicara, pada umumnya tidak bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan proyek. “Mereka pelupa dan “kacau”
c.         ADHD/GPPH Tipe Predominan Hiperaktif –Impulsif.
Tipe  ini anak cenderung terlalu energik, anak lari kesana-sini/tidak bisa diam dan melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran setiap orang , mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.











1.1 TIPE-TIPE KECERDASAN MANUSIA 
Kecerdasan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Kecerdasan tidak hanya selalu berpatok pada IQ, tetapi kecerdasan pun berpatok pada hal lain yang lebih komplek. Disini kamu dapat mengetahui dan mengira-ngira masuk ke dalam manakah bakat kita. Berikut ini tipe kecerdasan :
1.        .Kecerdasan Spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas. Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer, desainer, pilot, atau insinyur.
2.        Kecerdasan Linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika Anda memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah jurnalis, penyair, atau pengacara.
3.        Kecerdasan Matematis atau Logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
4.        Kecerdasan Kinetik-Jasmani
Orang tipe ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
5.        Kecerdasan Interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik, menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain networker, negosiator, atau guru.
6.        Kecerdasan Intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek, sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
7.        Kecerdasan Naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
8.        Kecerdasan Musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu, peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
9.        Kecerdasan Spiritual
Kamu amat sensitif dan memiliki minat pada hal-hal yang bersifat spiritual dan religius. Mungkin juga kamu pernah mengalami pengembaraan spiritual dan pencerahan. Atau bentuk lain yaitu kamu bisa merasakan kehadiran “makhluk lain”.
10.    Kecerdasan Visual-Spasial
Kamu langsung tahu jika ada bangunan atau lukisan atau orang yang kurang simetris. Jika kamu atlet kamu bisa menentukan dengan hampir sempurna berapa derajat yang dibutuhkan untuk mencetak angka untuk masuk ke gawang atau ring basket. Kamu bisa secara imaginer memutarbalikkan bentuk-bentuk rumit dan kamu bisa menggambar apapun yang kamu lihat. Kamu jago membongkar dan merangkaikan kembali barang-barang dan kamu.maniak dengan game.
11.    Kecerdasan Eksistensial.
Kecerdasan eksistensial merupakan salah satu tipe kecerdasan yang dianugrahkan oleh Tuhan untuk manusia dalm hal menjawab persoalan-persoalan eksistensi atau keberadaan manusia. Profesi yang sesuai untuk orang yang didominasi oleh kecerdasan eksistensial ialah Filsuf dan Teolog.

Dan sedangkan menurut Howard Gardner, kecerdasan pada manusia mempunyai 8 tipe kecerdasan, yaitu:
1.        Kecerdasan Linguistik / Word Smart
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini antara lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara, penulis, dsb.
2.        Kecerdasan Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan Logis-Matematis melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: akuntan pajak, programmer, ahli matematika, ilmuwan, dsb.
3.        Kecerdasan Spasial: Picture Smart
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan spasial antara lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu, designer, dsb.
4.        Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olah raga, dansa, dsb.Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain pantomim, aktor, penjahit, ahli bedah, dsb.
5.        Kecerdasan Musikal: Music Smart
Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Dalam keseharian, kita mendapat manfaat dari kecerdasan ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV / radio, dsb. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6.        Kecerdasan Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan - dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting" dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak hal, misalnya: kemampuan berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan "membaca orang", kemampuan berteman, dsb. Segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7.        Kecerdasan Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan Intrapribadi adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri. Pekerjaan yang menuntut kecerdasan Intrapribadi antara lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8.        Kecerdasan Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan Naturalis antara lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.

1.2  Klasifikasi Kecerdasan

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMvcBCGTRmlsx9GnCwRVwqUAeKz4QtYTndjGotBFFEbO6dsae2r8ZaRopmfgp3XSaji5IW20rZmslrp-gYech1xIE3F58XToEhxevr6O4wXC4gzsKL91d87y5pWQJHl0i71fC05Ef5vtEm/s320/brain-763982-1.jpg

.1. Intellegent Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
·           Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.
·           Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.

2.      Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai, karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita ini.

3.        Spiritual Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis).
Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil. Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain. Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai. Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan. Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas, contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya. Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?

1.        Adversity Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
·         Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup). Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
·         Camper (berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
·         climber (pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber (pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah tetapi lebih berani dalam bertindak?

1.3 Macam-Macam Tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, terdapat beberapa definisi mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Suran dan Rizzo (1979) mengartikan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara maksimal. Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini anda akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan fisiknya, emosinya , sosial dan intelektualnya.

Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTEOdFw0DnrW9d6AZ89NnpDNk354wrFE7hJNoPCyN2Ben0CpELCgImrbbQDescription: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR-u1NfbEjJyzCX554tsiDANBmKKmwNzBwPd-q70YwMuXTWjEwliKBgcQDescription: http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQh4WD7Tw_U6aUjmrVgBB_2gK90pyqnAOWToVr2hKnWfbgZOF8CudUMOgQDescription: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT-0sjeT9phqBc_krpF6mgTECf0MwQ73q5WrBYr8nEScRX8bnJ18vdPY_Wi

A.    Anak Dengan Ganguan Fisik
Anak dengan gangguan pada fungsi fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasar pada bagian mana gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu,  tunadaksa. Penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Tunanetra
Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak  pada fungsi penglihatan, untuk lebih mengenali bagaimana ABK pada klasifikasi ini Anda dapat mencermati uraian berikut ini.  Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan dapat dikenali anak yang
·           tunanetra akibat gangguan perkembangan pada masa kehamilan, anak yang pada klasifikasi ini pada umumnya juga mengalami gangguana dalam gerakan dan mimik wajah,
·           tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil dan usia sekolah; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan, gangguan ini biasanya disebabkan karena kecelakaan atau penyakit, dan
·           tunanetra dalam usia lanjut; karena kerusakan organ, sebagian besar dari kelompok ini sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
Selanjutnya bila dilihat  dari kemampuan daya penglihatan, dapat dibedakan menjadi:
·           tunanetra ringan (defective vision/low vision); meskipun memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan,
·           tunanetra setengah berat (partially sighted); mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, sehingga dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal,
·           tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
Sedang berdasarkan jenis kelainan pada mata dapat dikenali beberapa kelainan yaitu:
·         Myopia adalah penglihatan jarak dekat, yaitu  bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan,
·         Hyperopia adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan,
·         Astigmatisme; adalah penyimpangan yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus, sehingga untuk membantu digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.
b.       Tunarungu
Gangguan pada organ pendengaran ini bila dilihat dari tingkat kerusakan kemampuan mendengar digolongkan dalam lima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang berdasar tempat terjadinya kerusakan,  tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif dan kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran sejak kecil, pasti akan mengalami gangguan pada kemampuan berbicara dan komunikasi verbal.
c.         Tuna Daksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau  gerakan. Klasifikasi anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
·         kelainan pada sistem serebral (cerebral system),
Kelainan pada sistem serebral dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bila dilihat dari derajat kecacatan terbagi menjadi:
ü  golongan ringan dimana mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari
ü  golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri,
ü  golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Menurut topografi dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
ü  Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri saja,
ü  Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri,
ü  Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
ü  Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri,
ü  Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
ü  Quadriplegia, anak yangi mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.

Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak atas:
ü  Spastik yang ditandai dengan gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot,
ü  Athetoid tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, namun semua gerakan terjadi diluar control karena tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak,
ü  Ataxia adalah kehilangan keseimbangan, yaitu mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
ü  Tremor gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran,
ü  Rigid adalah kekakuan otot, dengan gerakan tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.

·           kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
ü  Poliomylitis biasanya penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
ü  Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot yang sifatnya progressif, semakin hari semakin parah.

B.     Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku
Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua yaitu tunalaras dan gangguan sosial.
a.         Tunalaras
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu:  senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas.

b.    Gangguan Sosial
Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.

C.       Anak Dengan Gangguan Intelektual.
Anak dengan gangguan intelektual diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu anak tunagrahita, anak berbakat,  anak lamban belajar dan anak yang  mengalami kesulitan belajar spesifik. Penjelasan dari masing-masing klasifikasi tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:
a.         Tunagrahita
Anak tungrahita adalah anak yang mengalami  gangguan   kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan intelektualnya berada di bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasifikasikan dari kemampuan kecerdasan ini dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari Stanford-Binet maupun dari David Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ).  Sedang menurut direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006),  anak dengan kelainan kecerdasan adalah :
1.        anak dengan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata  (tunagrahita)
ü  Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50- 70).
ü  Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
ü  Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).
2.        Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
ü  Giffted dan Genius, yaitu anak yang berkecerdasan di atas rata-rata 
ü  Tallented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
b.        Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan   kecerdasan luar biasa  dapat dilihat secara konservatif  yaitu anak  yang memiliki skor IQ diatas anak normal, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
·         skor IQ  antara 130-144 gifted,
·         skor IQ 145-159 highly gifted,
·         skor IQ < 160 profoundly gifted.
Sedang menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian  tertentu misalnya dalam musik, sastra, olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.

c.         Anak Lamban Belajar.
Anak yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat dibanding dengan anak seusia. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan yang lain, seperti kemampuan menggunakan alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, rentang perhatian yang pendek dan mereka kesulitan untuk berteman, kurang percaya diri, kemampuan berfikir abstrak lebih rendah dibanding dengan anak pada umumnya.

d.        Anak yang mengalami kesulitan belajar.
Klasifikasi kesulitan belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan  (developmental disabilities) atau kesulitan belajar praakademik (preacademic learning disabilities ). Terdiri atas empat yaitu:
·           kesulitan dalam bahasa,
·           kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial dan emosional,
·           gangguan perseptual,
·           gangguan kognitif.
Yang kedua adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjukkan adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut antara lain  meliputi:
·           ketrampilan dalam membaca(dyslexia),
·           keterampilan dalam menulis, (dysgraphia)
·            keterampilan dalam mata pelajaran matematika / berhitung ( dyscalculia).

D.      Autisme    
Banyak pendapat tentang prediksi kemandirian anak Autisme dapat diklasifikasikan , berdasarkan tingkat kecerdasan ( Widyawati,2002 dalam Yosfan Azwandi, 2005 ). Berdasar klasifikasi interaksi sosial dikenali adanya:
·         anak yang menyendiri ( allof ); banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunukkan perilaku dan perhatian yang terbatas/tidak hangat,
·         kelompok pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya,
·         kelompok yang aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering  tidak sesuai dan sepihak.
Sedang klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya dikenal:
·         autisme infantil, istilah ini digunakan untuk menyebutkan anak-anak autistik yang kelainannya sudah nampak sejak lahir,
·         autisme fiksasi; adalah anak-anak autistik yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autistiknya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
Berdasarkan tingkat kecerdasan Rapin (dalam Maurice,1996) mengatakan,” A small percentage score in the normal range on tests of cognitive abilities, but 75% - 80% function in the mild to severe range of mental retardation”.

E.       Anak ADHD/ GPPH
Anak ADHD dan GPPH adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder / gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, terbagi menjadi tiga yaitu  ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif –impulsif.
a.         ADHD/GPPH Tipe Kombinasi
ADHD/GPPH Tipe Kombinasi adalah kelompok anak ini kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya mudah pecah, dan cenderung kehilangan, bukan hanya miliknya yang sangat disukainya, melainkan juga buku atau pekerjaan rumahnya yang penting. Mudah berubah pendirian, impulsif ( seenaknya) “selalu aktif” dan tidak dapat asyik dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca buku atau main puzzle.
b.        ADHD/GPPH Tipe Kurang Mampu Memperhatikan.
Anak tipe ini sering tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan kecil hati, tetapi bukab berarti mereka “tidak ada”,dikelas mereka tidak memperhatikan guru mengajar melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka mengamati kupu-kupu, mereka mendengarkan bila diajak bicara, pada umumnya tidak bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan proyek. “Mereka pelupa dan “kacau”
c.         ADHD/GPPH Tipe Predominan Hiperaktif –Impulsif.
Tipe  ini anak cenderung terlalu energik, anak lari kesana-sini/tidak bisa diam dan melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran setiap orang , mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.











1.1 TIPE-TIPE KECERDASAN MANUSIA 
Kecerdasan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Kecerdasan tidak hanya selalu berpatok pada IQ, tetapi kecerdasan pun berpatok pada hal lain yang lebih komplek. Disini kamu dapat mengetahui dan mengira-ngira masuk ke dalam manakah bakat kita. Berikut ini tipe kecerdasan :
1.        .Kecerdasan Spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk, dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas. Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer, desainer, pilot, atau insinyur.
2.        Kecerdasan Linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika Anda memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah jurnalis, penyair, atau pengacara.
3.        Kecerdasan Matematis atau Logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
4.        Kecerdasan Kinetik-Jasmani
Orang tipe ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
5.        Kecerdasan Interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik, menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain networker, negosiator, atau guru.
6.        Kecerdasan Intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek, sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
7.        Kecerdasan Naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
8.        Kecerdasan Musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu, peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
9.        Kecerdasan Spiritual
Kamu amat sensitif dan memiliki minat pada hal-hal yang bersifat spiritual dan religius. Mungkin juga kamu pernah mengalami pengembaraan spiritual dan pencerahan. Atau bentuk lain yaitu kamu bisa merasakan kehadiran “makhluk lain”.
10.    Kecerdasan Visual-Spasial
Kamu langsung tahu jika ada bangunan atau lukisan atau orang yang kurang simetris. Jika kamu atlet kamu bisa menentukan dengan hampir sempurna berapa derajat yang dibutuhkan untuk mencetak angka untuk masuk ke gawang atau ring basket. Kamu bisa secara imaginer memutarbalikkan bentuk-bentuk rumit dan kamu bisa menggambar apapun yang kamu lihat. Kamu jago membongkar dan merangkaikan kembali barang-barang dan kamu.maniak dengan game.
11.    Kecerdasan Eksistensial.
Kecerdasan eksistensial merupakan salah satu tipe kecerdasan yang dianugrahkan oleh Tuhan untuk manusia dalm hal menjawab persoalan-persoalan eksistensi atau keberadaan manusia. Profesi yang sesuai untuk orang yang didominasi oleh kecerdasan eksistensial ialah Filsuf dan Teolog.

Dan sedangkan menurut Howard Gardner, kecerdasan pada manusia mempunyai 8 tipe kecerdasan, yaitu:
1.        Kecerdasan Linguistik / Word Smart
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini antara lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara, penulis, dsb.
2.        Kecerdasan Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan Logis-Matematis melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: akuntan pajak, programmer, ahli matematika, ilmuwan, dsb.
3.        Kecerdasan Spasial: Picture Smart
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan spasial antara lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu, designer, dsb.
4.        Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olah raga, dansa, dsb.Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain pantomim, aktor, penjahit, ahli bedah, dsb.
5.        Kecerdasan Musikal: Music Smart
Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Dalam keseharian, kita mendapat manfaat dari kecerdasan ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV / radio, dsb. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain: penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6.        Kecerdasan Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan - dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting" dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak hal, misalnya: kemampuan berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan "membaca orang", kemampuan berteman, dsb. Segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7.        Kecerdasan Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan Intrapribadi adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri. Pekerjaan yang menuntut kecerdasan Intrapribadi antara lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8.        Kecerdasan Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan Naturalis antara lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.

1.2  Klasifikasi Kecerdasan

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMvcBCGTRmlsx9GnCwRVwqUAeKz4QtYTndjGotBFFEbO6dsae2r8ZaRopmfgp3XSaji5IW20rZmslrp-gYech1xIE3F58XToEhxevr6O4wXC4gzsKL91d87y5pWQJHl0i71fC05Ef5vtEm/s320/brain-763982-1.jpg

.1. Intellegent Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
·           Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.
·           Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.

2.      Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai, karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita ini.

3.        Spiritual Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis).
Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil. Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain. Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai. Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan. Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas, contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya. Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?

1.        Adversity Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
·         Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup). Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
·         Camper (berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
·         climber (pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber (pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah tetapi lebih berani dalam bertindak?

1.3 Macam-Macam Tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, terdapat beberapa definisi mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Suran dan Rizzo (1979) mengartikan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara maksimal. Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini anda akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan fisiknya, emosinya , sosial dan intelektualnya.

Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTEOdFw0DnrW9d6AZ89NnpDNk354wrFE7hJNoPCyN2Ben0CpELCgImrbbQDescription: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR-u1NfbEjJyzCX554tsiDANBmKKmwNzBwPd-q70YwMuXTWjEwliKBgcQDescription: http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQh4WD7Tw_U6aUjmrVgBB_2gK90pyqnAOWToVr2hKnWfbgZOF8CudUMOgQDescription: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT-0sjeT9phqBc_krpF6mgTECf0MwQ73q5WrBYr8nEScRX8bnJ18vdPY_Wi

A.    Anak Dengan Ganguan Fisik
Anak dengan gangguan pada fungsi fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasar pada bagian mana gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu,  tunadaksa. Penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Tunanetra
Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak  pada fungsi penglihatan, untuk lebih mengenali bagaimana ABK pada klasifikasi ini Anda dapat mencermati uraian berikut ini.  Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan dapat dikenali anak yang
·           tunanetra akibat gangguan perkembangan pada masa kehamilan, anak yang pada klasifikasi ini pada umumnya juga mengalami gangguana dalam gerakan dan mimik wajah,
·           tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil dan usia sekolah; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan, gangguan ini biasanya disebabkan karena kecelakaan atau penyakit, dan
·           tunanetra dalam usia lanjut; karena kerusakan organ, sebagian besar dari kelompok ini sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
Selanjutnya bila dilihat  dari kemampuan daya penglihatan, dapat dibedakan menjadi:
·           tunanetra ringan (defective vision/low vision); meskipun memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan,
·           tunanetra setengah berat (partially sighted); mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, sehingga dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal,
·           tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
Sedang berdasarkan jenis kelainan pada mata dapat dikenali beberapa kelainan yaitu:
·         Myopia adalah penglihatan jarak dekat, yaitu  bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan,
·         Hyperopia adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan,
·         Astigmatisme; adalah penyimpangan yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus, sehingga untuk membantu digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.
b.       Tunarungu
Gangguan pada organ pendengaran ini bila dilihat dari tingkat kerusakan kemampuan mendengar digolongkan dalam lima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang berdasar tempat terjadinya kerusakan,  tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif dan kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran sejak kecil, pasti akan mengalami gangguan pada kemampuan berbicara dan komunikasi verbal.
c.         Tuna Daksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau  gerakan. Klasifikasi anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
·         kelainan pada sistem serebral (cerebral system),
Kelainan pada sistem serebral dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bila dilihat dari derajat kecacatan terbagi menjadi:
ü  golongan ringan dimana mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari
ü  golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri,
ü  golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Menurut topografi dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
ü  Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri saja,
ü  Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri,
ü  Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
ü  Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri,
ü  Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
ü  Quadriplegia, anak yangi mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.

Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak atas:
ü  Spastik yang ditandai dengan gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot,
ü  Athetoid tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, namun semua gerakan terjadi diluar control karena tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak,
ü  Ataxia adalah kehilangan keseimbangan, yaitu mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
ü  Tremor gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran,
ü  Rigid adalah kekakuan otot, dengan gerakan tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.

·           kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
ü  Poliomylitis biasanya penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
ü  Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot yang sifatnya progressif, semakin hari semakin parah.

B.     Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku
Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua yaitu tunalaras dan gangguan sosial.
a.         Tunalaras
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu:  senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas.

b.    Gangguan Sosial
Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.

C.       Anak Dengan Gangguan Intelektual.
Anak dengan gangguan intelektual diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu anak tunagrahita, anak berbakat,  anak lamban belajar dan anak yang  mengalami kesulitan belajar spesifik. Penjelasan dari masing-masing klasifikasi tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:
a.         Tunagrahita
Anak tungrahita adalah anak yang mengalami  gangguan   kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan intelektualnya berada di bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasifikasikan dari kemampuan kecerdasan ini dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari Stanford-Binet maupun dari David Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ).  Sedang menurut direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006),  anak dengan kelainan kecerdasan adalah :
1.        anak dengan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata  (tunagrahita)
ü  Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50- 70).
ü  Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
ü  Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).
2.        Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
ü  Giffted dan Genius, yaitu anak yang berkecerdasan di atas rata-rata 
ü  Tallented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
b.        Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan   kecerdasan luar biasa  dapat dilihat secara konservatif  yaitu anak  yang memiliki skor IQ diatas anak normal, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
·         skor IQ  antara 130-144 gifted,
·         skor IQ 145-159 highly gifted,
·         skor IQ < 160 profoundly gifted.
Sedang menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian  tertentu misalnya dalam musik, sastra, olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.

c.         Anak Lamban Belajar.
Anak yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat dibanding dengan anak seusia. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan yang lain, seperti kemampuan menggunakan alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, rentang perhatian yang pendek dan mereka kesulitan untuk berteman, kurang percaya diri, kemampuan berfikir abstrak lebih rendah dibanding dengan anak pada umumnya.

d.        Anak yang mengalami kesulitan belajar.
Klasifikasi kesulitan belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan  (developmental disabilities) atau kesulitan belajar praakademik (preacademic learning disabilities ). Terdiri atas empat yaitu:
·           kesulitan dalam bahasa,
·           kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial dan emosional,
·           gangguan perseptual,
·           gangguan kognitif.
Yang kedua adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjukkan adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut antara lain  meliputi:
·           ketrampilan dalam membaca(dyslexia),
·           keterampilan dalam menulis, (dysgraphia)
·            keterampilan dalam mata pelajaran matematika / berhitung ( dyscalculia).

D.      Autisme    
Banyak pendapat tentang prediksi kemandirian anak Autisme dapat diklasifikasikan , berdasarkan tingkat kecerdasan ( Widyawati,2002 dalam Yosfan Azwandi, 2005 ). Berdasar klasifikasi interaksi sosial dikenali adanya:
·         anak yang menyendiri ( allof ); banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunukkan perilaku dan perhatian yang terbatas/tidak hangat,
·         kelompok pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya,
·         kelompok yang aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering  tidak sesuai dan sepihak.
Sedang klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya dikenal:
·         autisme infantil, istilah ini digunakan untuk menyebutkan anak-anak autistik yang kelainannya sudah nampak sejak lahir,
·         autisme fiksasi; adalah anak-anak autistik yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autistiknya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
Berdasarkan tingkat kecerdasan Rapin (dalam Maurice,1996) mengatakan,” A small percentage score in the normal range on tests of cognitive abilities, but 75% - 80% function in the mild to severe range of mental retardation”.

E.       Anak ADHD/ GPPH
Anak ADHD dan GPPH adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder / gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, terbagi menjadi tiga yaitu  ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif –impulsif.
a.         ADHD/GPPH Tipe Kombinasi
ADHD/GPPH Tipe Kombinasi adalah kelompok anak ini kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya mudah pecah, dan cenderung kehilangan, bukan hanya miliknya yang sangat disukainya, melainkan juga buku atau pekerjaan rumahnya yang penting. Mudah berubah pendirian, impulsif ( seenaknya) “selalu aktif” dan tidak dapat asyik dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca buku atau main puzzle.
b.        ADHD/GPPH Tipe Kurang Mampu Memperhatikan.
Anak tipe ini sering tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan kecil hati, tetapi bukab berarti mereka “tidak ada”,dikelas mereka tidak memperhatikan guru mengajar melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka mengamati kupu-kupu, mereka mendengarkan bila diajak bicara, pada umumnya tidak bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan proyek. “Mereka pelupa dan “kacau”
c.         ADHD/GPPH Tipe Predominan Hiperaktif –Impulsif.
Tipe  ini anak cenderung terlalu energik, anak lari kesana-sini/tidak bisa diam dan melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran setiap orang , mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar