1.1 TIPE-TIPE KECERDASAN MANUSIA
Kecerdasan merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Kecerdasan tidak hanya selalu
berpatok pada IQ, tetapi kecerdasan pun berpatok pada hal lain yang lebih
komplek. Disini kamu dapat mengetahui dan mengira-ngira masuk ke dalam manakah
bakat kita. Berikut ini tipe kecerdasan :
1.
.Kecerdasan
Spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe
ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk,
dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer,
desainer, pilot, atau insinyur.
2.
Kecerdasan
Linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini
merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun
menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca,
dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika Anda memiliki kecerdasan
ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah jurnalis, penyair, atau
pengacara.
3.
Kecerdasan
Matematis atau Logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang
yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat
klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan
hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika
memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
4.
Kecerdasan
Kinetik-Jasmani
Orang tipe ini mampu
mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai
kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah
atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
5.
Kecerdasan
Interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti
dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang
lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik,
menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain
menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain
networker, negosiator, atau guru.
6.
Kecerdasan
Intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan
pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan
pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek,
sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
7.
Kecerdasan
Naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini
mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta
mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah
laku binatang, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
8.
Kecerdasan
Musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe
ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara.
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah
menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu,
peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang
cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
9.
Kecerdasan
Spiritual
Kamu amat sensitif dan memiliki
minat pada hal-hal yang bersifat spiritual dan religius. Mungkin juga kamu
pernah mengalami pengembaraan spiritual dan pencerahan. Atau bentuk lain yaitu
kamu bisa merasakan kehadiran “makhluk lain”.
10.
Kecerdasan
Visual-Spasial
Kamu langsung tahu jika ada
bangunan atau lukisan atau orang yang kurang simetris. Jika kamu atlet kamu
bisa menentukan dengan hampir sempurna berapa derajat yang dibutuhkan untuk
mencetak angka untuk masuk ke gawang atau ring basket. Kamu bisa secara
imaginer memutarbalikkan bentuk-bentuk rumit dan kamu bisa menggambar apapun
yang kamu lihat. Kamu jago membongkar dan merangkaikan kembali barang-barang
dan kamu.maniak dengan game.
11.
Kecerdasan
Eksistensial.
Kecerdasan
eksistensial merupakan salah satu tipe kecerdasan yang dianugrahkan oleh Tuhan
untuk manusia dalm hal menjawab persoalan-persoalan eksistensi atau keberadaan
manusia. Profesi yang sesuai untuk orang yang didominasi oleh kecerdasan
eksistensial ialah Filsuf dan Teolog.
Dan sedangkan menurut Howard
Gardner, kecerdasan
pada manusia mempunyai 8 tipe kecerdasan, yaitu:
1.
Kecerdasan Linguistik
/ Word Smart
Kecerdasan
Linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata-kata secara efektif, baik untuk
mempengaruhi
maupun memanipulasi. Dalam kehidupan
sehari-hari kecerdasan linguistik
bermanfaat
untuk: berbicara, mendengarkan, membaca,
dan menulis. Pekerjaan
yang mengutamakan kecerdasan ini
antara
lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara,
penulis, dsb.
2.
Kecerdasan
Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan
Logis-Matematis melibatkan ketrampilan
mengolah
angka dan atau kemahiran menggunakan
logika
atau akal sehat. Dalam
kehidupan sehari-hari kecerdasan ini
bermanfaat
untuk: menganalisa laporan keuangan,
memahami
perhitungan utang nasional, atau
mencerna
laporan sebuah penelitian. Pekerjaan
yang membutuhkan kecerdasan ini antara
lain:
akuntan pajak, programmer, ahli matematika,
ilmuwan,
dsb.
3.
Kecerdasan
Spasial: Picture Smart
Kecerdasan
Spasial melibatkan kemampuan seseorang
untuk memvisualisasikan gambar di
dalam
kepala (dibayangkan) atau menciptakannya
dalam
bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat
menghias rumah atau
merancang taman, menggambar atau melukis,
menikmati
karya seni, dsb. Pekerjaan
yang mengutamakan kecerdasan spasial
antara
lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu,
designer,
dsb.
4.
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan
seluruh
tubuh dan juga kecerdasan tangan.
Dalam
dunia sehari-hari kita sangat memerlukan
kecerdasan
yang satu ini, misalnya: membuka tutup
botol,
memasang lampu di rumah, memperbaiki
mobil,
olah raga, dansa, dsb.Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain
pantomim, aktor, penjahit,
ahli bedah, dsb.
5.
Kecerdasan
Musikal: Music Smart
Kecerdasan
Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan
lagu, mengingat melodi musik, mempunyai
kepekaan
akan irama, atau sekedar menikmati musik.
Dalam
keseharian, kita mendapat manfaat dari
kecerdasan
ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita
menyanyi,
memainkan alat musik, menikmati musik di
TV
/ radio, dsb. Pekerjaan
yang membutuhkan kecerdasan ini antara
lain:
penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6.
Kecerdasan
Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan
Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk
memahami
dan bekerja dengan orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi,
keluarga,
dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak
diperlukan
- dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting"
dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses
dalam
hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak
hal, misalnya: kemampuan berempati,
kemampuan
memanipulasi, kemampuan "membaca
orang",
kemampuan berteman, dsb. Segala
jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain
pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public
figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7.
Kecerdasan
Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan
Intrapribadi adalah kecerdasan memahami
diri
sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya
sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan
dan
kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk
bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai
diri sendiri. Pekerjaan
yang menuntut kecerdasan Intrapribadi
antara
lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8.
Kecerdasan
Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan
Naturalis melibatkan kemampuan mengenali
bentuk-bentuk alam di sekitar kita.
Dalam
hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini
untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan
proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan
kecerdasan Naturalis antara
lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.
1.2 Klasifikasi
Kecerdasan
.1. Intellegent
Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini
merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang
menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik
ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa.
Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan
suatu masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia
akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan
dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang.
Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil
kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para
ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang
menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
·
Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan
kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah
tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu
hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari
proses belajar.
·
Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
2. Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan
Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola
emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace
dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam
menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ
nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol
diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok
ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan
karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan
performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan
dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih
berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun
kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai,
karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah
cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan
emosi.
Daniel Golemen, dalam
bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh
serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu
ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat
fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan
keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya
sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan
bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan
emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi
kita ini.
3.
Spiritual
Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini
berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita
benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia
(bukan atheis).
Danah Zohar, penggagas
istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk
melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga
perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ (
Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan
ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal
diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik
kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi
yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi
ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan
dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan
hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu
membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan
kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi.
Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan
yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada
segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah
prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil.
Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa
kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang
melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap
keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa
yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain.
Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan
filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan
menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai.
Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan
dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan
demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan.
Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan
menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis
pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan
pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda
mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas,
contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya.
Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat
menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab
yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian
ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan
emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan
jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini
dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan
kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus
digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan
moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti
yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan
mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya
penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat
kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara
langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna.
Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan
moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi
pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu
mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?
1.
Adversity
Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva
Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia
telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau
ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang
membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung
menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient
(AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ
merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta
sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz.
Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan
cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran,
Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi
para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
·
Quitter (yang
menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup).
Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
·
Camper (berkemah
di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani
melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur
dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para
campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan
selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang
tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
·
climber (pendaki
yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala
keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu
menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak
rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan
mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan
kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari
pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber
(pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity
quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional
quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik
Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen
R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata
bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi
pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang
jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika
mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya
para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati.
Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi
kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan
bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka
berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa
berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan,
bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses
memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The
New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam
menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK
tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah
tetapi lebih berani dalam bertindak?
1.3 Macam-Macam Tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam buku Psikologi
dan Pendidikan Anak Luar Biasa, terdapat beberapa definisi
mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Suran
dan Rizzo (1979) mengartikan anak
berkebutuhan
khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari
fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik,
psikologis,
kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara
maksimal.
Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini anda
akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan fisiknya, emosinya
, sosial dan intelektualnya.
A.
Anak
Dengan Ganguan Fisik
Anak dengan gangguan pada
fungsi fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga
berdasar pada bagian mana gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa.
Penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tunanetra
Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak pada fungsi penglihatan, untuk lebih
mengenali bagaimana ABK pada klasifikasi ini Anda dapat mencermati uraian
berikut ini. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan dapat dikenali anak yang
·
tunanetra
akibat gangguan perkembangan pada masa kehamilan, anak yang pada klasifikasi
ini pada umumnya juga mengalami gangguana dalam gerakan dan mimik wajah,
·
tunanetra setelah lahir atau pada usia
kecil dan usia sekolah; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman
visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan, gangguan ini biasanya disebabkan
karena kecelakaan atau penyakit, dan
·
tunanetra dalam usia lanjut; karena
kerusakan organ, sebagian besar dari kelompok ini sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
Selanjutnya bila
dilihat dari kemampuan daya penglihatan, dapat dibedakan menjadi:
·
tunanetra
ringan (defective vision/low vision); meskipun memiliki hambatan dalam
penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan,
·
tunanetra setengah berat (partially
sighted); mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, sehingga dengan
menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca
tulisan yang bercetak tebal,
·
tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat
melihat.
Sedang
berdasarkan
jenis kelainan pada mata dapat dikenali beberapa
kelainan yaitu:
·
Myopia adalah
penglihatan jarak dekat, yaitu bayangan tidak terfokus dan
jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan,
·
Hyperopia adalah penglihatan
jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan
menjadi jelas jika objek dijauhkan,
·
Astigmatisme; adalah
penyimpangan yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada
permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat
maupun jauh tidak terfokus, sehingga
untuk membantu digunakan kacamata koreksi dengan lensa
silindris.
b.
Tunarungu
Gangguan
pada organ pendengaran ini bila dilihat dari tingkat kerusakan kemampuan mendengar digolongkan dalam lima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang
berdasar tempat terjadinya kerusakan, tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat
bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif dan kerusakan telinga
bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran
sejak kecil, pasti akan mengalami gangguan pada kemampuan berbicara dan
komunikasi verbal.
c.
Tuna Daksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau gerakan. Klasifikasi anak
tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
·
kelainan pada sistem serebral (cerebral
system),
Kelainan pada sistem serebral dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bila
dilihat dari derajat kecacatan terbagi menjadi:
ü golongan ringan dimana mereka
yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong
dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari
ü golongan
sedang : ialah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan,
dan mengurus dirinya sendiri,
ü golongan
berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam
ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup
mandiri ditengah-tengah masyarakat.
Menurut topografi dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
ü Monoplegia, hanya satu anggota gerak
yang lumpuh misal kaki kiri saja,
ü Hemiplegia, lumpuh anggota gerak
atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau
tangan kiri dan kaki kiri,
ü Paraplegia,
lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
ü Diplegia,
lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri,
ü Triplegia,
tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua
kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
ü Quadriplegia,
anak yangi mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.
Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak
dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak
atas:
ü Spastik yang ditandai
dengan gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot,
ü Athetoid tidak terdapat
kekejangan atau kekakuan, namun semua gerakan terjadi diluar control karena tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak,
ü Ataxia adalah kehilangan keseimbangan, yaitu mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
ü Tremor gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah
senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung
sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran,
ü Rigid adalah kekakuan otot, dengan gerakan tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
·
kelainan pada sistem otot dan rangka
(musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota
tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang
belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
ü Poliomylitis
biasanya penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
ü Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot
yang sifatnya progressif, semakin
hari semakin parah.
B.
Anak Dengan
Gangguan Emosi Dan Perilaku
Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua
yaitu tunalaras dan gangguan sosial.
a.
Tunalaras
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau
gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum
emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan
merasa cemas.
b.
Gangguan Sosial
Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup
bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip,
bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina
orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan
mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.
C.
Anak Dengan
Gangguan Intelektual.
Anak dengan gangguan intelektual diklasifikasikan menjadi empat kategori
yaitu anak tunagrahita, anak berbakat,
anak lamban belajar dan anak yang
mengalami kesulitan belajar spesifik. Penjelasan dari masing-masing klasifikasi
tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:
a.
Tunagrahita
Anak tungrahita adalah anak yang mengalami gangguan
kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan intelektualnya berada di
bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasifikasikan dari kemampuan kecerdasan ini
dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari
Stanford-Binet maupun dari David Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ). Sedang menurut direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa (2006), anak dengan kelainan
kecerdasan adalah :
1.
anak dengan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita)
ü Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50- 70).
ü Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
ü Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).
2.
Anak
dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
ü Giffted dan Genius, yaitu anak yang berkecerdasan di atas rata-rata
ü Tallented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
b.
Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa dapat
dilihat secara konservatif yaitu
anak yang memiliki skor IQ
diatas anak normal, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu:
·
skor IQ
antara 130-144 gifted,
·
skor IQ 145-159 highly gifted,
·
skor IQ < 160 profoundly gifted.
Sedang menurut
pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang
tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki
kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki
keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian tertentu misalnya dalam musik, sastra,
olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus
dalam pendidikan.
c.
Anak Lamban
Belajar.
Anak yang memiliki
kemampuan dibawah rata-rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental.
Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr.,
2004; Wiley, 2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat
dibanding dengan anak seusia. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas
tapi juga pada kemampuan-kemampuan yang lain, seperti kemampuan menggunakan
alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung
pendiam dan pemalu, rentang perhatian yang pendek dan mereka kesulitan untuk
berteman, kurang percaya diri, kemampuan berfikir abstrak lebih rendah
dibanding dengan anak pada umumnya.
d.
Anak yang
mengalami kesulitan belajar.
Klasifikasi kesulitan
belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan (developmental disabilities) atau
kesulitan belajar praakademik (preacademic learning disabilities ). Terdiri
atas empat yaitu:
·
kesulitan dalam bahasa,
·
kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial
dan emosional,
·
gangguan perseptual,
·
gangguan kognitif.
Yang kedua adalah kesulitan
belajar akademik (academic learning
disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjukkan adanya kegagalan
pencapaian prestasi akademik dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan
tersebut antara lain meliputi:
·
ketrampilan dalam membaca(dyslexia),
·
keterampilan dalam menulis, (dysgraphia)
·
keterampilan dalam mata pelajaran matematika /
berhitung ( dyscalculia).
D.
Autisme
Banyak pendapat tentang
prediksi kemandirian anak Autisme dapat diklasifikasikan , berdasarkan tingkat
kecerdasan ( Widyawati,2002 dalam Yosfan Azwandi, 2005 ). Berdasar klasifikasi interaksi sosial dikenali adanya:
·
anak yang
menyendiri ( allof ); banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh
tak acuh dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunukkan
perilaku dan perhatian yang terbatas/tidak hangat,
·
kelompok pasif, dapat menerima
pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya
disesuaikan dengan dirinya,
·
kelompok yang aktif tapi aneh, secara
spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering tidak sesuai dan sepihak.
Sedang
klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya dikenal:
·
autisme
infantil, istilah
ini digunakan untuk menyebutkan anak-anak autistik yang kelainannya sudah
nampak sejak lahir,
·
autisme fiksasi; adalah anak-anak
autistik yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autistiknya
muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
Berdasarkan tingkat
kecerdasan Rapin (dalam Maurice,1996) mengatakan,” A small percentage score in the normal range on tests of cognitive
abilities, but 75% - 80% function in the mild to severe range of mental
retardation”.
E.
Anak ADHD/ GPPH
Anak ADHD dan GPPH
adalah Attention Deficit Hyperactivity
Disorder / gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, terbagi menjadi
tiga yaitu ADHD/GPPH tipe kombinasi,
ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif –impulsif.
a.
ADHD/GPPH Tipe
Kombinasi
ADHD/GPPH Tipe Kombinasi adalah kelompok anak
ini kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya
mudah pecah, dan cenderung kehilangan, bukan hanya miliknya yang sangat
disukainya, melainkan juga buku atau pekerjaan rumahnya yang penting. Mudah
berubah pendirian, impulsif ( seenaknya) “selalu aktif” dan tidak dapat asyik
dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca buku atau main puzzle.
b.
ADHD/GPPH Tipe
Kurang Mampu Memperhatikan.
Anak
tipe ini sering tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan kecil hati,
tetapi bukab berarti mereka “tidak ada”,dikelas mereka tidak memperhatikan guru
mengajar melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka
mengamati kupu-kupu, mereka mendengarkan bila diajak bicara, pada umumnya tidak
bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan proyek. “Mereka pelupa dan “kacau”
c.
ADHD/GPPH Tipe
Predominan Hiperaktif –Impulsif.
Tipe ini anak cenderung terlalu energik, anak lari
kesana-sini/tidak bisa diam dan melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran
setiap orang , mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan
memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.
1.1 TIPE-TIPE KECERDASAN MANUSIA
Kecerdasan merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Kecerdasan tidak hanya selalu
berpatok pada IQ, tetapi kecerdasan pun berpatok pada hal lain yang lebih
komplek. Disini kamu dapat mengetahui dan mengira-ngira masuk ke dalam manakah
bakat kita. Berikut ini tipe kecerdasan :
1.
.Kecerdasan
Spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe
ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk,
dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer,
desainer, pilot, atau insinyur.
2.
Kecerdasan
Linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini
merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun
menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca,
dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika Anda memiliki kecerdasan
ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah jurnalis, penyair, atau
pengacara.
3.
Kecerdasan
Matematis atau Logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang
yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat
klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan
hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika
memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
4.
Kecerdasan
Kinetik-Jasmani
Orang tipe ini mampu
mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai
kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah
atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
5.
Kecerdasan
Interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti
dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang
lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik,
menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain
menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain
networker, negosiator, atau guru.
6.
Kecerdasan
Intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan
pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan
pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek,
sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
7.
Kecerdasan
Naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini
mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta
mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah
laku binatang, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
8.
Kecerdasan
Musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe
ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara.
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah
menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu,
peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang
cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
9.
Kecerdasan
Spiritual
Kamu amat sensitif dan memiliki
minat pada hal-hal yang bersifat spiritual dan religius. Mungkin juga kamu
pernah mengalami pengembaraan spiritual dan pencerahan. Atau bentuk lain yaitu
kamu bisa merasakan kehadiran “makhluk lain”.
10.
Kecerdasan
Visual-Spasial
Kamu langsung tahu jika ada
bangunan atau lukisan atau orang yang kurang simetris. Jika kamu atlet kamu
bisa menentukan dengan hampir sempurna berapa derajat yang dibutuhkan untuk
mencetak angka untuk masuk ke gawang atau ring basket. Kamu bisa secara
imaginer memutarbalikkan bentuk-bentuk rumit dan kamu bisa menggambar apapun
yang kamu lihat. Kamu jago membongkar dan merangkaikan kembali barang-barang
dan kamu.maniak dengan game.
11.
Kecerdasan
Eksistensial.
Kecerdasan
eksistensial merupakan salah satu tipe kecerdasan yang dianugrahkan oleh Tuhan
untuk manusia dalm hal menjawab persoalan-persoalan eksistensi atau keberadaan
manusia. Profesi yang sesuai untuk orang yang didominasi oleh kecerdasan
eksistensial ialah Filsuf dan Teolog.
Dan sedangkan menurut Howard
Gardner, kecerdasan
pada manusia mempunyai 8 tipe kecerdasan, yaitu:
1.
Kecerdasan Linguistik
/ Word Smart
Kecerdasan
Linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata-kata secara efektif, baik untuk
mempengaruhi
maupun memanipulasi. Dalam kehidupan
sehari-hari kecerdasan linguistik
bermanfaat
untuk: berbicara, mendengarkan, membaca,
dan menulis. Pekerjaan
yang mengutamakan kecerdasan ini
antara
lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara,
penulis, dsb.
2.
Kecerdasan
Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan
Logis-Matematis melibatkan ketrampilan
mengolah
angka dan atau kemahiran menggunakan
logika
atau akal sehat. Dalam
kehidupan sehari-hari kecerdasan ini
bermanfaat
untuk: menganalisa laporan keuangan,
memahami
perhitungan utang nasional, atau
mencerna
laporan sebuah penelitian. Pekerjaan
yang membutuhkan kecerdasan ini antara
lain:
akuntan pajak, programmer, ahli matematika,
ilmuwan,
dsb.
3.
Kecerdasan
Spasial: Picture Smart
Kecerdasan
Spasial melibatkan kemampuan seseorang
untuk memvisualisasikan gambar di
dalam
kepala (dibayangkan) atau menciptakannya
dalam
bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat
menghias rumah atau
merancang taman, menggambar atau melukis,
menikmati
karya seni, dsb. Pekerjaan
yang mengutamakan kecerdasan spasial
antara
lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu,
designer,
dsb.
4.
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan
seluruh
tubuh dan juga kecerdasan tangan.
Dalam
dunia sehari-hari kita sangat memerlukan
kecerdasan
yang satu ini, misalnya: membuka tutup
botol,
memasang lampu di rumah, memperbaiki
mobil,
olah raga, dansa, dsb.Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain
pantomim, aktor, penjahit,
ahli bedah, dsb.
5.
Kecerdasan
Musikal: Music Smart
Kecerdasan
Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan
lagu, mengingat melodi musik, mempunyai
kepekaan
akan irama, atau sekedar menikmati musik.
Dalam
keseharian, kita mendapat manfaat dari
kecerdasan
ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita
menyanyi,
memainkan alat musik, menikmati musik di
TV
/ radio, dsb. Pekerjaan
yang membutuhkan kecerdasan ini antara
lain:
penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6.
Kecerdasan
Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan
Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk
memahami
dan bekerja dengan orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi,
keluarga,
dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak
diperlukan
- dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting"
dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses
dalam
hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak
hal, misalnya: kemampuan berempati,
kemampuan
memanipulasi, kemampuan "membaca
orang",
kemampuan berteman, dsb. Segala
jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain
pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public
figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7.
Kecerdasan
Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan
Intrapribadi adalah kecerdasan memahami
diri
sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya
sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan
dan
kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk
bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai
diri sendiri. Pekerjaan
yang menuntut kecerdasan Intrapribadi
antara
lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8.
Kecerdasan
Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan
Naturalis melibatkan kemampuan mengenali
bentuk-bentuk alam di sekitar kita.
Dalam
hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini
untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan
proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan
kecerdasan Naturalis antara
lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.
1.2 Klasifikasi
Kecerdasan
.1. Intellegent
Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini
merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang
menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik
ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa.
Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan
suatu masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia
akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan
dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang.
Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil
kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para
ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang
menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
·
Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan
kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah
tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu
hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari
proses belajar.
·
Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
2. Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan
Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola
emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace
dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam
menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ
nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol
diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok
ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan
karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan
performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan
dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih
berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun
kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai,
karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah
cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan
emosi.
Daniel Golemen, dalam
bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh
serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu
ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat
fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan
keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya
sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan
bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan
emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi
kita ini.
3.
Spiritual
Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini
berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita
benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia
(bukan atheis).
Danah Zohar, penggagas
istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk
melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga
perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ (
Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan
ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal
diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik
kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi
yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi
ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan
dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan
hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu
membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan
kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi.
Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan
yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada
segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah
prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil.
Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa
kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang
melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap
keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa
yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain.
Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan
filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan
menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai.
Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan
dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan
demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan.
Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan
menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis
pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan
pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda
mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas,
contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya.
Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat
menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab
yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian
ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan
emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan
jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini
dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan
kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus
digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan
moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti
yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan
mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya
penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat
kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara
langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna.
Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan
moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi
pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu
mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?
1.
Adversity
Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva
Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia
telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau
ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang
membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung
menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient
(AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ
merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta
sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz.
Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan
cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran,
Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi
para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
·
Quitter (yang
menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup).
Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
·
Camper (berkemah
di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani
melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur
dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para
campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan
selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang
tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
·
climber (pendaki
yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala
keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu
menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak
rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan
mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan
kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari
pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber
(pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity
quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional
quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik
Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen
R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata
bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi
pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang
jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika
mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya
para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati.
Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi
kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan
bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka
berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa
berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan,
bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses
memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The
New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam
menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK
tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah
tetapi lebih berani dalam bertindak?
1.3 Macam-Macam Tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam buku Psikologi
dan Pendidikan Anak Luar Biasa, terdapat beberapa definisi
mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Suran
dan Rizzo (1979) mengartikan anak
berkebutuhan
khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari
fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik,
psikologis,
kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara
maksimal.
Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini anda
akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan fisiknya, emosinya
, sosial dan intelektualnya.
A.
Anak
Dengan Ganguan Fisik
Anak dengan gangguan pada
fungsi fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga
berdasar pada bagian mana gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa.
Penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tunanetra
Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak pada fungsi penglihatan, untuk lebih
mengenali bagaimana ABK pada klasifikasi ini Anda dapat mencermati uraian
berikut ini. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan dapat dikenali anak yang
·
tunanetra
akibat gangguan perkembangan pada masa kehamilan, anak yang pada klasifikasi
ini pada umumnya juga mengalami gangguana dalam gerakan dan mimik wajah,
·
tunanetra setelah lahir atau pada usia
kecil dan usia sekolah; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman
visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan, gangguan ini biasanya disebabkan
karena kecelakaan atau penyakit, dan
·
tunanetra dalam usia lanjut; karena
kerusakan organ, sebagian besar dari kelompok ini sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
Selanjutnya bila
dilihat dari kemampuan daya penglihatan, dapat dibedakan menjadi:
·
tunanetra
ringan (defective vision/low vision); meskipun memiliki hambatan dalam
penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan,
·
tunanetra setengah berat (partially
sighted); mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, sehingga dengan
menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca
tulisan yang bercetak tebal,
·
tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat
melihat.
Sedang
berdasarkan
jenis kelainan pada mata dapat dikenali beberapa
kelainan yaitu:
·
Myopia adalah
penglihatan jarak dekat, yaitu bayangan tidak terfokus dan
jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan,
·
Hyperopia adalah penglihatan
jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan
menjadi jelas jika objek dijauhkan,
·
Astigmatisme; adalah
penyimpangan yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada
permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat
maupun jauh tidak terfokus, sehingga
untuk membantu digunakan kacamata koreksi dengan lensa
silindris.
b.
Tunarungu
Gangguan
pada organ pendengaran ini bila dilihat dari tingkat kerusakan kemampuan mendengar digolongkan dalam lima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang
berdasar tempat terjadinya kerusakan, tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat
bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif dan kerusakan telinga
bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran
sejak kecil, pasti akan mengalami gangguan pada kemampuan berbicara dan
komunikasi verbal.
c.
Tuna Daksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau gerakan. Klasifikasi anak
tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
·
kelainan pada sistem serebral (cerebral
system),
Kelainan pada sistem serebral dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bila
dilihat dari derajat kecacatan terbagi menjadi:
ü golongan ringan dimana mereka
yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong
dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari
ü golongan
sedang : ialah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan,
dan mengurus dirinya sendiri,
ü golongan
berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam
ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup
mandiri ditengah-tengah masyarakat.
Menurut topografi dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
ü Monoplegia, hanya satu anggota gerak
yang lumpuh misal kaki kiri saja,
ü Hemiplegia, lumpuh anggota gerak
atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau
tangan kiri dan kaki kiri,
ü Paraplegia,
lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
ü Diplegia,
lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri,
ü Triplegia,
tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua
kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
ü Quadriplegia,
anak yangi mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.
Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak
dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak
atas:
ü Spastik yang ditandai
dengan gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot,
ü Athetoid tidak terdapat
kekejangan atau kekakuan, namun semua gerakan terjadi diluar control karena tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak,
ü Ataxia adalah kehilangan keseimbangan, yaitu mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
ü Tremor gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah
senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung
sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran,
ü Rigid adalah kekakuan otot, dengan gerakan tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
·
kelainan pada sistem otot dan rangka
(musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota
tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang
belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
ü Poliomylitis
biasanya penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
ü Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot
yang sifatnya progressif, semakin
hari semakin parah.
B.
Anak Dengan
Gangguan Emosi Dan Perilaku
Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua
yaitu tunalaras dan gangguan sosial.
a.
Tunalaras
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau
gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum
emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan
merasa cemas.
b.
Gangguan Sosial
Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup
bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip,
bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina
orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan
mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.
C.
Anak Dengan
Gangguan Intelektual.
Anak dengan gangguan intelektual diklasifikasikan menjadi empat kategori
yaitu anak tunagrahita, anak berbakat,
anak lamban belajar dan anak yang
mengalami kesulitan belajar spesifik. Penjelasan dari masing-masing klasifikasi
tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:
a.
Tunagrahita
Anak tungrahita adalah anak yang mengalami gangguan
kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan intelektualnya berada di
bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasifikasikan dari kemampuan kecerdasan ini
dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari
Stanford-Binet maupun dari David Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ). Sedang menurut direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa (2006), anak dengan kelainan
kecerdasan adalah :
1.
anak dengan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita)
ü Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50- 70).
ü Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
ü Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).
2.
Anak
dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
ü Giffted dan Genius, yaitu anak yang berkecerdasan di atas rata-rata
ü Tallented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
b.
Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa dapat
dilihat secara konservatif yaitu
anak yang memiliki skor IQ
diatas anak normal, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu:
·
skor IQ
antara 130-144 gifted,
·
skor IQ 145-159 highly gifted,
·
skor IQ < 160 profoundly gifted.
Sedang menurut
pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang
tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki
kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki
keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian tertentu misalnya dalam musik, sastra,
olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus
dalam pendidikan.
c.
Anak Lamban
Belajar.
Anak yang memiliki
kemampuan dibawah rata-rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental.
Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr.,
2004; Wiley, 2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat
dibanding dengan anak seusia. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas
tapi juga pada kemampuan-kemampuan yang lain, seperti kemampuan menggunakan
alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung
pendiam dan pemalu, rentang perhatian yang pendek dan mereka kesulitan untuk
berteman, kurang percaya diri, kemampuan berfikir abstrak lebih rendah
dibanding dengan anak pada umumnya.
d.
Anak yang
mengalami kesulitan belajar.
Klasifikasi kesulitan
belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan (developmental disabilities) atau
kesulitan belajar praakademik (preacademic learning disabilities ). Terdiri
atas empat yaitu:
·
kesulitan dalam bahasa,
·
kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial
dan emosional,
·
gangguan perseptual,
·
gangguan kognitif.
Yang kedua adalah kesulitan
belajar akademik (academic learning
disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjukkan adanya kegagalan
pencapaian prestasi akademik dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan
tersebut antara lain meliputi:
·
ketrampilan dalam membaca(dyslexia),
·
keterampilan dalam menulis, (dysgraphia)
·
keterampilan dalam mata pelajaran matematika /
berhitung ( dyscalculia).
D.
Autisme
Banyak pendapat tentang
prediksi kemandirian anak Autisme dapat diklasifikasikan , berdasarkan tingkat
kecerdasan ( Widyawati,2002 dalam Yosfan Azwandi, 2005 ). Berdasar klasifikasi interaksi sosial dikenali adanya:
·
anak yang
menyendiri ( allof ); banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh
tak acuh dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunukkan
perilaku dan perhatian yang terbatas/tidak hangat,
·
kelompok pasif, dapat menerima
pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya
disesuaikan dengan dirinya,
·
kelompok yang aktif tapi aneh, secara
spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering tidak sesuai dan sepihak.
Sedang
klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya dikenal:
·
autisme
infantil, istilah
ini digunakan untuk menyebutkan anak-anak autistik yang kelainannya sudah
nampak sejak lahir,
·
autisme fiksasi; adalah anak-anak
autistik yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autistiknya
muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
Berdasarkan tingkat
kecerdasan Rapin (dalam Maurice,1996) mengatakan,” A small percentage score in the normal range on tests of cognitive
abilities, but 75% - 80% function in the mild to severe range of mental
retardation”.
E.
Anak ADHD/ GPPH
Anak ADHD dan GPPH
adalah Attention Deficit Hyperactivity
Disorder / gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, terbagi menjadi
tiga yaitu ADHD/GPPH tipe kombinasi,
ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif –impulsif.
a.
ADHD/GPPH Tipe
Kombinasi
ADHD/GPPH Tipe Kombinasi adalah kelompok anak
ini kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya
mudah pecah, dan cenderung kehilangan, bukan hanya miliknya yang sangat
disukainya, melainkan juga buku atau pekerjaan rumahnya yang penting. Mudah
berubah pendirian, impulsif ( seenaknya) “selalu aktif” dan tidak dapat asyik
dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca buku atau main puzzle.
b.
ADHD/GPPH Tipe
Kurang Mampu Memperhatikan.
Anak
tipe ini sering tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan kecil hati,
tetapi bukab berarti mereka “tidak ada”,dikelas mereka tidak memperhatikan guru
mengajar melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka
mengamati kupu-kupu, mereka mendengarkan bila diajak bicara, pada umumnya tidak
bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan proyek. “Mereka pelupa dan “kacau”
c.
ADHD/GPPH Tipe
Predominan Hiperaktif –Impulsif.
Tipe ini anak cenderung terlalu energik, anak lari
kesana-sini/tidak bisa diam dan melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran
setiap orang , mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan
memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.
1.1 TIPE-TIPE KECERDASAN MANUSIA
Kecerdasan merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Kecerdasan tidak hanya selalu
berpatok pada IQ, tetapi kecerdasan pun berpatok pada hal lain yang lebih
komplek. Disini kamu dapat mengetahui dan mengira-ngira masuk ke dalam manakah
bakat kita. Berikut ini tipe kecerdasan :
1.
.Kecerdasan
Spasial
Mereka yang termasuk ke dalam tipe
ini memiliki kepekaan tajam untuk visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk,
dan ruang. Selain itu, mereka juga pandai membuat sketsa ide dengan jelas.
Pekerjaan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah arsitek, fotografer,
desainer, pilot, atau insinyur.
2.
Kecerdasan
Linguistik
Orang yang memiliki kecerdasan ini
merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun
menulis. Orang tipe ini biasanya gemar mengisi TTS, bermain scrable, membaca,
dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika Anda memiliki kecerdasan
ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah jurnalis, penyair, atau
pengacara.
3.
Kecerdasan
Matematis atau Logika
Tipe kecerdasan ini adalah orang
yang memiliki kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka mudah membuat
klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan
hipotesis, dan pandangan hidupnya bersifat rasional. Pekerjaan yang cocok jika
memiliki kecerdasan ini adalah ilmuwan, akuntan, atau progammer.
4.
Kecerdasan
Kinetik-Jasmani
Orang tipe ini mampu
mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai
kegiatan yang mengandalkan fisik. Pekerjaan yang cocok untuk mereka adalah
atlet, pengrajin, montir, dan penjahit.
5.
Kecerdasan
Interpersonal
Orang tipe ini biasanya mengerti
dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang
lain. Selain itu, mereka juga mampu menjalin kontak mata dengan baik,
menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, dan mendorong orang lain
menyampaikan kisahnya. Pekerjaan yang cocok untuk orang tipe ini antara lain
networker, negosiator, atau guru.
6.
Kecerdasan
Intrapersonal
Orang tipe ini memiliki kecerdasan
pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan
pengenalan diri. Ciri-cirinya yaitu suka bekerja sendiri, cenderung cuek,
sering mengintropeksi diri, dan mengerti kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Pekerjaan yang cocok untuk mereka yaitu konselor atau teolog.
7.
Kecerdasan
Naturalis
Orang yang memiliki kecerdasan ini
mampu memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif serta
mengembangkan pengetahuannya mengenai alam. Ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan ini yaitu mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah
laku binatang, dan senang melakukan kegiatan di luar atau alam. Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
8.
Kecerdasan
Musikal
Mereka yang termasuk ke dalam tipe
ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara.
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal yaitu suka bersiul, mudah
menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat musik tertentu,
peka terhadap suara sumbang, dan gemar bekerja sambil bernyanyi. Pekerjaan yang
cocok untuk mereka adalah penyanyi atau pencipta lagu.
9.
Kecerdasan
Spiritual
Kamu amat sensitif dan memiliki
minat pada hal-hal yang bersifat spiritual dan religius. Mungkin juga kamu
pernah mengalami pengembaraan spiritual dan pencerahan. Atau bentuk lain yaitu
kamu bisa merasakan kehadiran “makhluk lain”.
10.
Kecerdasan
Visual-Spasial
Kamu langsung tahu jika ada
bangunan atau lukisan atau orang yang kurang simetris. Jika kamu atlet kamu
bisa menentukan dengan hampir sempurna berapa derajat yang dibutuhkan untuk
mencetak angka untuk masuk ke gawang atau ring basket. Kamu bisa secara
imaginer memutarbalikkan bentuk-bentuk rumit dan kamu bisa menggambar apapun
yang kamu lihat. Kamu jago membongkar dan merangkaikan kembali barang-barang
dan kamu.maniak dengan game.
11.
Kecerdasan
Eksistensial.
Kecerdasan
eksistensial merupakan salah satu tipe kecerdasan yang dianugrahkan oleh Tuhan
untuk manusia dalm hal menjawab persoalan-persoalan eksistensi atau keberadaan
manusia. Profesi yang sesuai untuk orang yang didominasi oleh kecerdasan
eksistensial ialah Filsuf dan Teolog.
Dan sedangkan menurut Howard
Gardner, kecerdasan
pada manusia mempunyai 8 tipe kecerdasan, yaitu:
1.
Kecerdasan Linguistik
/ Word Smart
Kecerdasan
Linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata-kata secara efektif, baik untuk
mempengaruhi
maupun memanipulasi. Dalam kehidupan
sehari-hari kecerdasan linguistik
bermanfaat
untuk: berbicara, mendengarkan, membaca,
dan menulis. Pekerjaan
yang mengutamakan kecerdasan ini
antara
lain: guru, orator, bintang film, presenter TV, pengacara,
penulis, dsb.
2.
Kecerdasan
Logis-Matematis: Number Smart
Kecerdasan
Logis-Matematis melibatkan ketrampilan
mengolah
angka dan atau kemahiran menggunakan
logika
atau akal sehat. Dalam
kehidupan sehari-hari kecerdasan ini
bermanfaat
untuk: menganalisa laporan keuangan,
memahami
perhitungan utang nasional, atau
mencerna
laporan sebuah penelitian. Pekerjaan
yang membutuhkan kecerdasan ini antara
lain:
akuntan pajak, programmer, ahli matematika,
ilmuwan,
dsb.
3.
Kecerdasan
Spasial: Picture Smart
Kecerdasan
Spasial melibatkan kemampuan seseorang
untuk memvisualisasikan gambar di
dalam
kepala (dibayangkan) atau menciptakannya
dalam
bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat
menghias rumah atau
merancang taman, menggambar atau melukis,
menikmati
karya seni, dsb. Pekerjaan
yang mengutamakan kecerdasan spasial
antara
lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu,
designer,
dsb.
4.
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani: Body Smart
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan
seluruh
tubuh dan juga kecerdasan tangan.
Dalam
dunia sehari-hari kita sangat memerlukan
kecerdasan
yang satu ini, misalnya: membuka tutup
botol,
memasang lampu di rumah, memperbaiki
mobil,
olah raga, dansa, dsb.Jenis pekerjaan yang menuntut kecerdasan ini antara lain: atlet, penari, pemain
pantomim, aktor, penjahit,
ahli bedah, dsb.
5.
Kecerdasan
Musikal: Music Smart
Kecerdasan
Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan
lagu, mengingat melodi musik, mempunyai
kepekaan
akan irama, atau sekedar menikmati musik.
Dalam
keseharian, kita mendapat manfaat dari
kecerdasan
ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita
menyanyi,
memainkan alat musik, menikmati musik di
TV
/ radio, dsb. Pekerjaan
yang membutuhkan kecerdasan ini antara
lain:
penyanyi, pianis / organis, disc jokey (DJ), teknisi suara, tukang stem piano, dll.
6.
Kecerdasan
Antarpribadi: People Smart
Kecerdasan
Antarpribadi melibatkan kemampuan untuk
memahami
dan bekerja dengan orang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi,
keluarga,
dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak
diperlukan
- dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting"
dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses
dalam
hidup. Kecerdasan antarpribadi ini melibatkan banyak
hal, misalnya: kemampuan berempati,
kemampuan
memanipulasi, kemampuan "membaca
orang",
kemampuan berteman, dsb. Segala
jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain
pastilah membutuhkan kecerdasan ini, terutama: public
figure, pemimpin, guru, konselor, dll.
7.
Kecerdasan
Intrapribadi: Self Smart
Kecerdasan
Intrapribadi adalah kecerdasan memahami
diri
sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya
sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan
dan
kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk
bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai
diri sendiri. Pekerjaan
yang menuntut kecerdasan Intrapribadi
antara
lain: wirausaha, konselor, terapis, dll.
8.
Kecerdasan
Naturalis: Nature Smart
Kecerdasan
Naturalis melibatkan kemampuan mengenali
bentuk-bentuk alam di sekitar kita.
Dalam
hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini
untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan
proyek ekologi. Pekerjaan yang membutuhkan
kecerdasan Naturalis antara
lain: ahli biologi, dokter hewan, dll.
1.2 Klasifikasi
Kecerdasan
.1. Intellegent
Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini
merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang
menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik
ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa.
Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan
suatu masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia
akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan
dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang.
Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil
kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para
ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang
menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
·
Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan
kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah
tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu
hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari
proses belajar.
·
Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
2. Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan
Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola
emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace
dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam
menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ
nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol
diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok
ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan
karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan
performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan
dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih
berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun
kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai,
karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah
cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan
emosi.
Daniel Golemen, dalam
bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh
serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu
ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat
fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan
keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya
sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan
bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan
emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi
kita ini.
3.
Spiritual
Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini
berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita
benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia
(bukan atheis).
Danah Zohar, penggagas
istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk
melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga
perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ (
Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan
ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal
diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik
kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi
yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi
ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan
dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan
hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu
membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan
kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi.
Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan
yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada
segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah
prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil.
Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa
kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang
melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap
keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa
yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain.
Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan
filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan
menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai.
Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan
dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan
demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan.
Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan
menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis
pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan
pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda
mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas,
contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya.
Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat
menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab
yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian
ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan
emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan
jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini
dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan
kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus
digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan
moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti
yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan
mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya
penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat
kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara
langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna.
Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan
moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi
pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu
mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?
1.
Adversity
Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva
Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia
telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau
ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang
membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung
menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient
(AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ
merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta
sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz.
Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan
cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran,
Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi
para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
·
Quitter (yang
menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup).
Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
·
Camper (berkemah
di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani
melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur
dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para
campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan
selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang
tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
·
climber (pendaki
yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala
keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu
menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak
rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan
mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan
kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari
pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber
(pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity
quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional
quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik
Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen
R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata
bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi
pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang
jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika
mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya
para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati.
Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi
kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan
bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka
berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa
berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan,
bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses
memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The
New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam
menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK
tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah
tetapi lebih berani dalam bertindak?
1.3 Macam-Macam Tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam buku Psikologi
dan Pendidikan Anak Luar Biasa, terdapat beberapa definisi
mengenai anak luar biasa atau yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Suran
dan Rizzo (1979) mengartikan anak
berkebutuhan
khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari
fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik,
psikologis,
kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara
maksimal.
Untuk lebih mendalami klasifikasi anak berkebutuhan khusus berikut ini anda
akan membahas bagaimana anak yang memiliki hambatan/gangguan fisiknya, emosinya
, sosial dan intelektualnya.
A.
Anak
Dengan Ganguan Fisik
Anak dengan gangguan pada
fungsi fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga
berdasar pada bagian mana gangguan dialami, yaitu anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa.
Penjelasan dari masing-masing gangguan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Tunanetra
Tunanetra adalah jenis gangguan yang dialami anak pada fungsi penglihatan, untuk lebih
mengenali bagaimana ABK pada klasifikasi ini Anda dapat mencermati uraian
berikut ini. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan dapat dikenali anak yang
·
tunanetra
akibat gangguan perkembangan pada masa kehamilan, anak yang pada klasifikasi
ini pada umumnya juga mengalami gangguana dalam gerakan dan mimik wajah,
·
tunanetra setelah lahir atau pada usia
kecil dan usia sekolah; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman
visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan, gangguan ini biasanya disebabkan
karena kecelakaan atau penyakit, dan
·
tunanetra dalam usia lanjut; karena
kerusakan organ, sebagian besar dari kelompok ini sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
Selanjutnya bila
dilihat dari kemampuan daya penglihatan, dapat dibedakan menjadi:
·
tunanetra
ringan (defective vision/low vision); meskipun memiliki hambatan dalam
penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan,
·
tunanetra setengah berat (partially
sighted); mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, sehingga dengan
menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca
tulisan yang bercetak tebal,
·
tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat
melihat.
Sedang
berdasarkan
jenis kelainan pada mata dapat dikenali beberapa
kelainan yaitu:
·
Myopia adalah
penglihatan jarak dekat, yaitu bayangan tidak terfokus dan
jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan,
·
Hyperopia adalah penglihatan
jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan
menjadi jelas jika objek dijauhkan,
·
Astigmatisme; adalah
penyimpangan yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada
permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat
maupun jauh tidak terfokus, sehingga
untuk membantu digunakan kacamata koreksi dengan lensa
silindris.
b.
Tunarungu
Gangguan
pada organ pendengaran ini bila dilihat dari tingkat kerusakan kemampuan mendengar digolongkan dalam lima kelompok, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan ekstrim tuli. Sedang
berdasar tempat terjadinya kerusakan, tunarungu dapat dibedakan atas kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat
bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif dan kerusakan telinga
bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris. Anak yang mengalami gangguan pada pendengaran
sejak kecil, pasti akan mengalami gangguan pada kemampuan berbicara dan
komunikasi verbal.
c.
Tuna Daksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan anggota tubuh dan atau gerakan. Klasifikasi anak
tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
·
kelainan pada sistem serebral (cerebral
system),
Kelainan pada sistem serebral dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bila
dilihat dari derajat kecacatan terbagi menjadi:
ü golongan ringan dimana mereka
yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong
dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari
ü golongan
sedang : ialah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan,
dan mengurus dirinya sendiri,
ü golongan
berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam
ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup
mandiri ditengah-tengah masyarakat.
Menurut topografi dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
ü Monoplegia, hanya satu anggota gerak
yang lumpuh misal kaki kiri saja,
ü Hemiplegia, lumpuh anggota gerak
atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau
tangan kiri dan kaki kiri,
ü Paraplegia,
lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
ü Diplegia,
lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri,
ü Triplegia,
tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua
kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
ü Quadriplegia,
anak yangi mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.
Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak
dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak
atas:
ü Spastik yang ditandai
dengan gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot,
ü Athetoid tidak terdapat
kekejangan atau kekakuan, namun semua gerakan terjadi diluar control karena tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak,
ü Ataxia adalah kehilangan keseimbangan, yaitu mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
ü Tremor gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah
senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung
sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran,
ü Rigid adalah kekakuan otot, dengan gerakan tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
·
kelainan pada sistem otot dan rangka
(musculus skeletal system).
Penggolongan anak tunadaksa didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota
tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang
belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
ü Poliomylitis
biasanya penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
ü Muscle Dystrophy anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot
yang sifatnya progressif, semakin
hari semakin parah.
B.
Anak Dengan
Gangguan Emosi Dan Perilaku
Kelainan pada emosi dan perilaku terbagi menjadi dua
yaitu tunalaras dan gangguan sosial.
a.
Tunalaras
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau
gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum
emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan
merasa cemas.
b.
Gangguan Sosial
Adalah anak yang mengalami gangguan dalam pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup
bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip,
bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina
orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan
mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.
C.
Anak Dengan
Gangguan Intelektual.
Anak dengan gangguan intelektual diklasifikasikan menjadi empat kategori
yaitu anak tunagrahita, anak berbakat,
anak lamban belajar dan anak yang
mengalami kesulitan belajar spesifik. Penjelasan dari masing-masing klasifikasi
tersebut dapat Anda cermati pada uraian berikut:
a.
Tunagrahita
Anak tungrahita adalah anak yang mengalami gangguan
kecerdasan, sehingga secara umum kemampuan intelektualnya berada di
bawah kemampuan anak pada umumnya. Klasifikasikan dari kemampuan kecerdasan ini
dapat dilihat berdasarkan skor IQ baik dari
Stanford-Binet maupun dari David Wechsler( dalam tabel Endang Rochyadi ). Sedang menurut direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa (2006), anak dengan kelainan
kecerdasan adalah :
1.
anak dengan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita)
ü Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50- 70).
ü Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
ü Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).
2.
Anak
dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
ü Giffted dan Genius, yaitu anak yang berkecerdasan di atas rata-rata
ü Tallented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
b.
Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa dapat
dilihat secara konservatif yaitu
anak yang memiliki skor IQ
diatas anak normal, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu:
·
skor IQ
antara 130-144 gifted,
·
skor IQ 145-159 highly gifted,
·
skor IQ < 160 profoundly gifted.
Sedang menurut
pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang
tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki
kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki
keunggulan dalam satu atau lebih bidang keahlian tertentu misalnya dalam musik, sastra,
olahraga dan sebagainya (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus
dalam pendidikan.
c.
Anak Lamban
Belajar.
Anak yang memiliki
kemampuan dibawah rata-rata mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental.
Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr.,
2004; Wiley, 2007). Anak lamban belajar memiliki kemampuan belajar lebih lambat
dibanding dengan anak seusia. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas
tapi juga pada kemampuan-kemampuan yang lain, seperti kemampuan menggunakan
alat tulis, olahraga dan sebagainya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung
pendiam dan pemalu, rentang perhatian yang pendek dan mereka kesulitan untuk
berteman, kurang percaya diri, kemampuan berfikir abstrak lebih rendah
dibanding dengan anak pada umumnya.
d.
Anak yang
mengalami kesulitan belajar.
Klasifikasi kesulitan
belajar menurut Wahyu Sri Ambar Arum ( 2005 ), secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan (developmental disabilities) atau
kesulitan belajar praakademik (preacademic learning disabilities ). Terdiri
atas empat yaitu:
·
kesulitan dalam bahasa,
·
kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial
dan emosional,
·
gangguan perseptual,
·
gangguan kognitif.
Yang kedua adalah kesulitan
belajar akademik (academic learning
disabilities). Kesulitan belajar akademik menunjukkan adanya kegagalan
pencapaian prestasi akademik dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan
tersebut antara lain meliputi:
·
ketrampilan dalam membaca(dyslexia),
·
keterampilan dalam menulis, (dysgraphia)
·
keterampilan dalam mata pelajaran matematika /
berhitung ( dyscalculia).
D.
Autisme
Banyak pendapat tentang
prediksi kemandirian anak Autisme dapat diklasifikasikan , berdasarkan tingkat
kecerdasan ( Widyawati,2002 dalam Yosfan Azwandi, 2005 ). Berdasar klasifikasi interaksi sosial dikenali adanya:
·
anak yang
menyendiri ( allof ); banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh
tak acuh dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunukkan
perilaku dan perhatian yang terbatas/tidak hangat,
·
kelompok pasif, dapat menerima
pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya
disesuaikan dengan dirinya,
·
kelompok yang aktif tapi aneh, secara
spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering tidak sesuai dan sepihak.
Sedang
klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya dikenal:
·
autisme
infantil, istilah
ini digunakan untuk menyebutkan anak-anak autistik yang kelainannya sudah
nampak sejak lahir,
·
autisme fiksasi; adalah anak-anak
autistik yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autistiknya
muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
Berdasarkan tingkat
kecerdasan Rapin (dalam Maurice,1996) mengatakan,” A small percentage score in the normal range on tests of cognitive
abilities, but 75% - 80% function in the mild to severe range of mental
retardation”.
E.
Anak ADHD/ GPPH
Anak ADHD dan GPPH
adalah Attention Deficit Hyperactivity
Disorder / gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, terbagi menjadi
tiga yaitu ADHD/GPPH tipe kombinasi,
ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif –impulsif.
a.
ADHD/GPPH Tipe
Kombinasi
ADHD/GPPH Tipe Kombinasi adalah kelompok anak
ini kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya
mudah pecah, dan cenderung kehilangan, bukan hanya miliknya yang sangat
disukainya, melainkan juga buku atau pekerjaan rumahnya yang penting. Mudah
berubah pendirian, impulsif ( seenaknya) “selalu aktif” dan tidak dapat asyik
dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca buku atau main puzzle.
b.
ADHD/GPPH Tipe
Kurang Mampu Memperhatikan.
Anak
tipe ini sering tidak diperhatikan oleh guru karena pendiam dan kecil hati,
tetapi bukab berarti mereka “tidak ada”,dikelas mereka tidak memperhatikan guru
mengajar melainkan melihat langit-langit kelas atau di lapangan bola, mereka
mengamati kupu-kupu, mereka mendengarkan bila diajak bicara, pada umumnya tidak
bisa mengikuti instruksi atau suatu kegiatan proyek. “Mereka pelupa dan “kacau”
c.
ADHD/GPPH Tipe
Predominan Hiperaktif –Impulsif.
Tipe ini anak cenderung terlalu energik, anak lari
kesana-sini/tidak bisa diam dan melompat seenaknya”. Hal demikian membuat heran
setiap orang , mereka sering bisa menaruh perhatian di kelas dan kelihatan
memang belajar, bahkan ketika seakan sedang tidak mendengarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar